Halu di Kendaraan Umum
Rafdanu
20.57
Servus!
Berkendara menggunakan kendaraan umum jadi hal asing bagi sebagian orang, namun jadi sahabat karib bagi sebagian lain. Banyak faktor yang jadi alasan untuk menghindari transportasi ini, diantaranya kenyamanan dan waktu tempuh yang kadang tidak menentu. Lebih jauh lagi sistem pengelolaan yang bisa dikritisi bersama. Terlepas dari hal-hal tersebut, gw punya cerita unik tersendiri tentang pengalaman menggunakan transportasi publik.
Selama tinggal di Indonesia gw mengingat gak terlalu sering naik kendaraan umum. Alasannya karena emang jarang bepergian, cuma sekolah rumah dan malam minggu di sekitaran kota bogor. Sewaktu SMA alhamdulillah gw dikasih kendaraan motor supra x legendaris. Kota Bogor yang luasnya gak seberapa membuat gw memutuskan lebih sering naik motor sebagai sarana transportasi daripada naik kendaraan umum.
Babak baru kehidupan gw dimulai dengan kepindahan gw ke Berlin untuk melanjutkan studi. Berstatus sebagai mahasiswa di Berlin diuntungkan dengan Semestertiket, tiket untuk naik transportasi publik (Kereta, Subway, Bus dan Tram) 24/7 gratis selama 1 Semester. Pilihan sempurna buat gw yang gak punya banyak dana untuk beli kendaraan pribadi.
Ada keunikan yang gw rasain selama 5 tahun menjadi pelanggan setia transportasi umum di Berlin. Macam-macam manusia berbagai ras, suku, agama dan bahasa bercampur disitu. Tingkah polah yang jauh berbeda dengan kebiasaan orang Indonesia menjadi seru untuk diamati. Menurut gw, secara psikologis dan sosial ada keuntungan bagi orang yang sering naik transportasi publik.
Pertama, kita menjadi lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Melihat orang yang bermacam-macam, termasuk dari segi kemampuan finansial, membuat kita lebih bersyukur dengan kondisi kita sekarang. Kadang rezeki itu gak melulu soal materi, punya kaki yang kuat untuk berdiri adalah sesuatu yang sangat mahal bagi saudara yang harus duduk di atas kursi roda. Jangankan kaki, hidung yang gak tersumbat karena flu aja udah enak banget. Efeknya jadi orang ahli bersyukur dan bisa menurunkan kadar kesombongan karena kelebihan materi yang dipunya.
Kedua, secara gak sadar berada di jalur fantasi dan inspirasi. Angkat kepala hindarkan mata dari smartphone. Lihat keadaan sekitar. Inspirasi datangnya dari segala penjuru arah bukan? Selain itu kita menjadi punya waktu lebih untuk menyelesaikan pekerjaan atau mungkin bacaan yang udah tertunda lama.
Ketiga, kemungkinan dapat rezeki. Duduk berdampingan dengan berbagai macam orang dan latar belakang memberikan kita peluang menambah koneksi. Hal yang mungkin menurut kita jarang dan hampir mustahil terjadi. Tapi hampir mustahil belum berarti tidak bisa terjadi. Belum lagi kalau gak sengaja ketemu dengan kawan atau kolega lama yang sudah bertahun gak ketemu. Silaturahim terjalin lagi sehingga tukar pengalaman dan informasi jadi tak terhindarkan.
Itulah secuil cerita unik dari penuh dan sesaknya transportasi umum. Pengelolaan yang profesional dan terpadu menjadi mimpi kita semua, sehingga kecenderungan menggunakan kendaraan pribadi bisa menurun di masa yang akan datang. Mari biasakan untuk sesekali naik transportasi umum, kawan baru sudah menanti! Jangan lupa tap tiket sebelum naik KRL!
Sekian.