Rabu, 13 Desember 2017

Halu di Kendaraan Umum

20.57


Servus!

Berkendara menggunakan kendaraan umum jadi hal asing bagi sebagian orang, namun jadi sahabat karib bagi sebagian lain. Banyak faktor yang jadi alasan untuk menghindari transportasi ini, diantaranya kenyamanan dan waktu tempuh yang kadang tidak menentu. Lebih jauh lagi sistem pengelolaan yang bisa dikritisi bersama. Terlepas dari hal-hal tersebut, gw punya cerita unik tersendiri tentang pengalaman menggunakan transportasi publik.

Selama tinggal di Indonesia gw mengingat gak terlalu sering naik kendaraan umum. Alasannya karena emang jarang bepergian, cuma sekolah rumah dan malam minggu di sekitaran kota bogor. Sewaktu SMA alhamdulillah gw dikasih kendaraan motor supra x legendaris. Kota Bogor yang luasnya gak seberapa membuat gw memutuskan lebih sering naik motor sebagai sarana transportasi daripada naik kendaraan umum.

Babak baru kehidupan gw dimulai dengan kepindahan gw ke Berlin untuk melanjutkan studi. Berstatus sebagai mahasiswa di Berlin diuntungkan dengan Semestertiket, tiket untuk naik transportasi publik (Kereta, Subway, Bus dan Tram) 24/7 gratis selama 1 Semester. Pilihan sempurna buat gw yang gak punya banyak dana untuk beli kendaraan pribadi. 

Ada keunikan yang gw rasain selama 5 tahun menjadi pelanggan setia transportasi umum di Berlin. Macam-macam manusia berbagai ras, suku, agama dan bahasa bercampur disitu. Tingkah polah yang jauh berbeda dengan kebiasaan orang Indonesia menjadi seru untuk diamati. Menurut gw, secara psikologis dan sosial ada keuntungan bagi orang yang sering naik transportasi publik.

Pertama, kita menjadi lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Melihat orang yang bermacam-macam, termasuk dari segi kemampuan finansial, membuat kita lebih bersyukur dengan kondisi kita sekarang. Kadang rezeki itu gak melulu soal materi, punya kaki yang kuat untuk berdiri adalah sesuatu yang sangat mahal bagi saudara yang harus duduk di atas kursi roda. Jangankan kaki, hidung yang gak tersumbat karena flu aja udah enak banget. Efeknya jadi orang ahli bersyukur dan bisa menurunkan kadar kesombongan karena kelebihan materi yang dipunya. 

Kedua, secara gak sadar berada di jalur fantasi dan inspirasi. Angkat kepala hindarkan mata dari smartphone. Lihat keadaan sekitar. Inspirasi datangnya dari segala penjuru arah bukan? Selain itu kita menjadi punya waktu lebih untuk menyelesaikan pekerjaan atau mungkin bacaan yang udah tertunda lama. 

Ketiga, kemungkinan dapat rezeki. Duduk berdampingan dengan berbagai macam orang dan latar belakang memberikan kita peluang menambah koneksi. Hal yang mungkin menurut kita jarang dan hampir mustahil terjadi. Tapi hampir mustahil belum berarti tidak bisa terjadi. Belum lagi kalau gak sengaja ketemu dengan kawan atau kolega lama yang sudah bertahun gak ketemu. Silaturahim terjalin lagi sehingga tukar pengalaman dan informasi jadi tak terhindarkan.

Itulah secuil cerita unik dari penuh dan sesaknya transportasi umum. Pengelolaan yang profesional dan terpadu menjadi mimpi kita semua, sehingga kecenderungan menggunakan kendaraan pribadi bisa menurun di masa yang akan datang. Mari biasakan untuk sesekali naik transportasi umum, kawan baru sudah menanti! Jangan lupa tap tiket sebelum naik KRL!


Sekian.

Photo by James Best on Unsplash

Kamis, 07 Desember 2017

Perlunya Piknik

10.14
   

Servus!

Piknik sejatinya adalah kegiatan untuk bersenang-senang sambil membawa bekal makanan dan sebagainya. Belakangan piknik dipakai oleh warganet dalam konteks berbeda. Konteks yang sering muncul adalah ketika orang ngomongnya udah mulai ngelantur, biasanya dia disuruh piknik dulu supaya otaknya dapet penyegaran dengan harapan ngomongnya jadi gak ngelantur lagi. Kurang lebih kaya gitu sih yang gw pahamin. CMIIW.

Piknik penting buat orang yang "Fanatik" terhadap sesuatu. Menurut gw. Fanatik adalah sesuatu yang sangat kuat, dalam hal kepercayaan atau kecintaan terhadap sesuatu. Menjadi bahaya ketika seorang yang fanatik kemudian mencela golongan yang lain. Lebih bahaya lagi ketika udah sampai tahap dimana semua yang dihasilkan oleh kelompoknya dianggap mutlak kebenarannya. Wah ini serem menurut gw.

Misalkan, gw suka sama sebuah klub sepak bola. Biasanya sebuah klub sepak bola punya basis fans dan juga rival. Sebutlah sebagai contoh Real Madrid bersaing dengan Barcelona, Persija bersaing dengan Persib dll.  Namanya sebuah perkumpulan pastilah ada pemimpinnya. Andaikata gw fanatik, semua pernyataan yang muncul dari kubu supporter tim favorit gw, gw anggep bener dan sisanya salah. Lebih celaka lagi kalau gw menganggap serta merta yang disampaikan oleh pemimpin itu bener dan gw nurut-nurut aja. Yang seperti ini bahaya, cuy.

Peran piknik disini menjadi penting supaya lo tahu dan bisa melihat kehidupan dari sisi lain. Efeknya bisa memperkaya wawasan dan lebih membuka pikiran lo dalam menyikapi sesuatu. Suka atau menginduk kepada sebuah perkumpulan adalah hal yang wajar, karena sejatinya manusia adalah makhluk sosial yang harus berinteraksi dengan yang lainnya. Yang disayangkan adalah ketika saling mencela hanya karena ada perbedaan antara induk yang menaungi seseorang dengan induk-induk yang lain. Prinsip diri sendiri harus tetap dijunjung dalam koridor masih menghormati prinsip orang lain. Jangan lupa bawa minum kalau pergi piknik!

Sekian.

(Photo by Rob Bye on Unsplash)

Credit

Logo by : Cup graphic by Madebyoliver from Flaticon is licensed under CC BY 3.0. Made with Logo Maker