Sabtu, 17 Februari 2018

Sistem Ujian di HTW Berlin




Servus!

Ujian menjadi semacam keniscayaan ketika seseorang menuntut ilmu. Ujian menjadi salah satu tolok ukur kemampuan kognitif siswa yang lazim digunakan. Hasil ujian siswa kemudian digunakan sebagai bahan evaluasi guru terhadap siswa bersangkutan terhadap pelajaran atau mata kuliah tertentu. Konsep ini gw rasa kurang lebih sama diterapkan di mana pun dan level apapun. Yang menarik adalah bagaimana ujian ini dijalankan dan aturan-aturan yang ada dalam sistem tersebut. Kali ini gw mau cerita tentang sistem ujian di kampus tempat gw belajar, HTW Berlin (university of applied sciences Berlin).

Pertama, gw pengen bahas soal sistem penilaian. Yang berlaku di Jerman secara umum adalah predikat terbaik mendapatkan angka 1,0 dan yang terburuk 6,0 dan batas rerata kelulusan 4,0. Terbalik dengan sistem penilaian di Indonesia yang menggunakan angka 4 untuk menerangkan predikat terbaik. Jadi, kalau ada yang cerita ujian di Jerman dapat nilai 4, jangan buru-buru dibikinin tumpeng, karena itu adalah nilai kelulusan minimal. Hehe

Kedua, gw pengen ngomongin soal waktu-waktu ujian yang ada di kampus. Di Kampus gw semesteran dibagi jadi Sommersemester, yang dimulai bulan April sampai Agustus, dan Wintersemester, yang dimulai bulan Oktober sampai dengan Februari. Sayangnya, di sini gak ada UTS kaya kampus-kampus di Indonesia. Akhirnya, kelulusan sebuah mata kuliah hanya ditentukan dengan sekali ujian di akhir semester. Ujian diadakan tiap semester pada minggu terakhir Januari untuk Wintersemester dan akhir Juli untuk Sommersemester. Yang unik adalah adanya dua gelombang berbeda untuk mengikuti ujian, gelombang 1 seperti yang gw sebut sebelumnya dan gelombang dua yang biasanya berselang 1-2 bulan setelah gelombang 1 selesai. Mahasiswa diberi kebebasan untuk mengikuti ujian di salah satu termin tersebut, atau bahkan di keduanya bilamana terpaksa ada pengulangan di mata kuliah tertentu karena tidak lulus. 

Ketiga, gw pengen bahas aturan khas Jerman yang ngeri banget. Ini jadi momok banget sih buat setiap mahasiswa yang kuliah di Jerman. Setiap mata kuliah diberi jatah ujian sebanyak tiga kali percobaan untuk mengulang. Lega banget rasanya kalau bisa langsung lulus di percobaan pertama. Rasa senengnya semacam berhasil menebak tirai yang bener di acara Super deal 2M. Pft. Nah, kalau ada yang terpaksa harus mengulang karena nilai yang diraih gak mencapai batas minimum, maka ada dua percobaan tersisa untuk lulus mata kuliah tersebut. Bagian yang mengerikannya adalah kalau gak lulus percobaan ketiga, maka mahasiswa tersebut harus di drop out, alias dikeluarkan dari kampus. Sedihnya lagi ada konsekuensi tambahan, yaitu gak boleh kuliah lagi kalau di jurusan tersebut ada mata kuliah yang serupa seperti mata kuliah yang membuat dia di DO. Sebagai tambahan, gak ada yang namanya remedial dan semester pendek untuk bantu-bantu supaya lulus. Prinsip sederhananya, kalau lulus yaudah lulus, kalau enggak lulus yaudah ulang lagi sampai percobaannya habis.

Keempat, gw cerita sedikit tentang aturan khusus di kampus gw. Ada namanya Wiederholbarkeitsfrist, intinya batasan waktu untuk lulus sebuah mata kuliah, di mana di poin sebelumnya batasan datang dari jumlah keikutsertaan pada sebuah ujian. Batasan waktu ini lamanya 3 semester, yang berarti dalam waktu 3 semester seorang mahasiswa harus sudah lulus sebuah mata kuliah yang diambil dengan percobaan sebanyak 3 kali. Ketika mahasiswa mendaftarkan diri untuk mengikuti sebuah ujian, maka batasan waktu ini mulai dihitung dan berarti dalam 3 semester harus sudah lulus mata kuliah tersebut. Sebagai contoh, gw ambil mata kuliah matematika 1 dan daftar ujian di semester 1. Ingat ada 2 gelombang dalam 1 semester untuk ikut ujian. Katakanlah gw ikut di gelombang 1 dan berakhir gak lulus. Artinya percobaan gw sisa 2 kali lagi. Gw punya opsi untuk ikut ujian lagi di gelombang 2, tapi kalau gagal lagi maka sisa percobaan tinggal 1. kalau opsi ini gw abaikan, maka pilihan kedua adalah gw tunda sampai semester yang akan datang. Gak masalah, karena percobaan gw sisa 2 dan batasan waktu masih ada sampai semester 3 (dalam 3 semester harus lulus, hitungan dimulai dari semester 1). Di semester depan ternyata gw gak yakin, pengen tunda lagi sampai semester depan. Rada bermasalah, karena gw masuk semester 3 yang berarti batasan waktu bisa mengeluarkan gw dari kampus, tapi perlu diingat gw masih punya 2 percobaan. Katakanlah di semester 3 ini gw baru siap ujian di gelombang 2. Akibatnya, 1 percobaan gw hangus gitu aja karena tiap semester hanya ada 2 gelombang dan gw gak bisa ngulang di semester 4 karena batasan waktu. Fiuh, panjang dan rumit ya. Tapi ya emang begitu adanya. heu

Hikmah yang bisa diambil adalah bahwa universitas tempat gw kuliah punya banyak alasan untuk mendepak mahasiswanya. Di lain sisi, gw punya alesan juga untuk kerja lebih keras supaya terhindar dari tirai yang isinya zonk. Intinya, usaha ditingkatkan sampai maksimal dan biarkan Allah menentukan sisanya. Itulah pentingnya berusaha dan berdoa dalam kesempatan apapun. Jangan lupa daftar ujian!


Sekian.

Photo by Patrick Tomasso on Unsplash

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Credit

Logo by : Cup graphic by Madebyoliver from Flaticon is licensed under CC BY 3.0. Made with Logo Maker