Gagal paham adalah tulisan yang mengangkat secuil fakta-fakta dari keseharian kita yang ternyata kalau kita kaji dan renungi sifatnya misteri, menyimpang atau tidak pada tempatnya. Dengan tulisan ini Gw mencoba ngajak kalian berpikir bareng tentang fakta lapangan yang luput dari perhatian kita.
Disclaimer : Tulisan gw tidak ditujukan untuk menyalahkan, memojokkan, mendiskreditkan apalagi mencemarkan nama baik dari perseorangan maupun kelompok masyarakat tertentu. Hal-hal yang dibahas disini murni hasil pengamatan penulis yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan.
1. Latar belakang
Kepala manusia adalah bagian yang paling vital, karena kepala lah yang bertindak sebagai pusat kendali seluruh tubuh kita, baik yang dilakukan secara sadar atau beberapa yang dilakukan secara spontan. Tulang tengkorak, adalah benteng terakhir yang melindungi otak kita, atau sebagian dari kita ya tepatnya. Karena beberapa dari kita ada yang otaknya di dengkul, maka tulang tempurung lutut lah pelindungnya. Pfft~
Tingkat kekerasan tulang tengkorak ini saudara-saudara ku, tidaklah sekeras besi atau aspal. Kalau tidak percaya, yaa silahkan jangan dibuktikan! Percaya aja sih elah! Kalo gw suruh buktiin nanti dibilangnya, wah penulis nih ngajarin yang gak bener. -_- Bagi sebagian pengendara motor menjadi penting peran sebuah teknologi yang bernama helm. Helm didesain khusus untuk melindungi kepala kita kalau-kalau aja kan, bukannya nyumpahin, ada yang terkena musibah kecelakaan. Lalu apa hubungannya dengan #GagalPaham edisi kali ini ?
2. Contoh konkret
Banyak kita lihat kalo di jalan-jalan yang cenderung dekat pemukiman warga, berkendara gak pada pake helm. Kalian pasti bedain dong ya jalan komplek dan jalan raya? Yang sedang dibicarain adalah jalan raya, yang deket sama pemukiman warga.
Di jalanan ini banyak ditemukan pengendara seperti yang dideskripsikan di atas, dengan alasan "rumah saya deket mas disitu" atau "bentar doang elah kedepan situ". Lah terus lo kira kalo rumah lo deket lantas ngebuat kepala lo, yang gak ada cap SNI nya itu, jadi kuat buat diaduin sama aspal?
3. Tanggapan
Ini adalah kebiasaan buruk yang menjamur di masyarakat kita yah. Kalo jalanan komplek oke lah ya mungkin masih bisa ditolerir, tapi engga kalo kita udah ngomongin jalan raya. Karena isinya jalan raya itu lebih bervariasi, mulai dari kendaraan kecil macem sepeda atau sepeda yang make motor, mobil kecil, bukan mobil-mobilan ya, truk, bus maupun angkot yang kadang melaju dengan kecepatan yang tidak lambat. Ketika terjadi tabrakan, maka ada transfer energi dan ada gaya yang bisa membuat kepala kita rada kaya bubur gitu, karena ada percepatan dan massa. Cie sok ngerti fisika~
4. Saran
Saran dari gw, kalo udah masuk ke jalan raya ya pake lah helmnya. Kenapa sih emang kalo make helm? Ribet? Lebih ribet kalo pala lo udah berubah jadi bubur. Nasi aja kalo udah jadi bubur gabisa dibalikin lagi, gimane pala lo? Walaupun kita jalannya udah pelan-pelan dan hati-hati ada aja pasti pengendara ugal-ugalan gak bertanggung jawab yang bisa jadi nyenggol kita sehingga kita kehilangan kendali atas motor kita dan terjatuh sehingga kepala kita menghantam aspal yang keras dan sedang diam itu.
Terlebih lagi itu ngelanggar aturan berlalu lintas yang berlaku. Sanksinya kita bisa kena tilang yang berujung denda. Padahal make helm dari rumah sebelum berangkat itu gratis, hanya tinggal ada atau enggak kesadaran dari kita sebagai pengguna jalan raya.
5. Kesimpulan
Kesimpulannya, topik yang diangkat kali ini adalah masuk kategori menyimpang. Untuk keselamatan bersama, artinya buat diri sendiri dan sesama pengendara di jalan raya, adalah wajib hukumnya menggunakan helm. Selain untuk keselamatan juga sebagai bentuk ketaatan kita terhadap peraturan berlalu lintas yang baik dan benar. Buat yang otaknya di dengkul, jangan make helm, tapi pake kit untuk melindungi dengkul. Itu tuh yang biasa dipake sama anak-anak skateboard atau sepatu roda sebagai bentuk pengamanan untuk dengkul masing-masing, bukan dengkul temennya. Jangan ambil kulit ayam KFC punya temen!
Sekian.
Sekian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar