Minggu, 11 Juni 2017

Aku Anak Kecil Bahagia [Part 2]



Servus!

Ini merupakan sambungan dari tulisan Aku Anak Kecil Bahagia [Part 1]. Di tulisan sebelumnya sengaja belum diungkap semua, niatnya diunggah secara gradual buat selingan topik-topik lain biar gak bosen. Selain kalau digabungin semua dalam satu tulisan bakal kepanjangan banget, karena gw banyak mainnya. hehe

Aku anak kecil bahagia karena dulu aku bermain bersama teman-teman. Jauh dari pesatnya perkembangan teknologi. Permainan tradisional akhirnya jadi pilihan. Gw mau coba sharing sedikit mainan yang dulu jadi primadona di kampung gw di Kota Batu. Buat yang mau sharing mainan apa aja yang dulu sering dimainin, boleh sila tinggalkan komentar. 


1. Gobak sodor

Permainan yang satu ini cukup populer di Indonesia, walaupun muncul dengan nama yang berbeda-beda. Di tempat gw dulu namanya gobak sodor, di tempat lain disebut Galah Asin, atau Galasin. Permainan yang membutuhkan kebugaran jasmani, kecepatan dan kegesitan.

Permainannya dimulai dengan membagi pemain ke dalam dua kelompok. Setelah itu ditentukan panjang garis yang nanti akan digunakan tim yang jaga untuk berjaga sekaligus jarak antara tiap garis. Jumlah garis yang dibuat sesuai dengan jumlah pemain yang harus berjaga. Peraturannya untuk yang berjaga hanya boleh bergerak di sepanjang garis ini, gak boleh maju dan gak boleh mundur. Biar gak mundur jangan lupa tarik rem tangan. Pft.

Nah kelompok satunya lagi harus melewati hadangan teman-teman yang jaga sampai ke garis akhir, kemudian balik lagi ke 'Home base'. Kalau semua udah balik ke base maka bisa dianggap sebagai pemenang. Yang bikin bete adalah kalau yang mau ikutan main jumlahnya 100 orang. Capek bos harus lari sampe ujung, 1 km ke ujung dan 1 km buat balik lagi. Kalau kaya gini mah gw mending nyewa gojek dah huhu

2. Lompat Tali

Lompat tali ini tolong jangan dibayangin harus ngelompatin tali tambang. Sakit bos kalau kegesek-gesek. Jadi sebenernya yang dipakai dalam permainan ini adalah karet, jadi ramah kulit dan manusiawi. 

Jadi karet-karet yang ada dibikin simpul kemudian dibikin semacam tali gitu yang panjangnya sewajarnya aja, jangan kependekan jangan kepanjangan. Kemudian tali dipegang oleh dua orang di kedua ujungnya. Yang jaga bakal bergantian ketika ada teman yang gagal melewati rintangan.

Levelnya meningkat mulai dari mata kaki, naik ke lutut, naik ke atas lutut -jangan ngeres bos- ke pusar maksudnya, terus dada, dagu, mulut, telinga, kepala dan yang terakhir merdeka. Yang dimaksud level merdeka itu tangan diangkat, seperti ketika kita mengacungkan tangan, sambil menggenggam karetnya. Teman-teman yang bermain harus lompatin karet ke sisi lain kemudian balik lagi, juga harus lompatin tali jangan minta dijemput. Hmm

3. Polisi Maling

Permainan polisi maling menurut gw juga populer banget di banyak daerah-daerah lain di Indonesia. Permainannya simpel banget. Ada yang jadi polisi dan ada yang jadi maling, jumlahnya tergantung dari jumlah pemain yang ikut bermain. Kemudian si polisi harus mengejar maling sampai tertangkap. Setelah tertangkap silakan langsung dibawa ke kantor untuk dimintai keterangan. *Loh

Sesimpel itu mainannya cuma kejar-kejaran aja. Sekilas rasanya seperti garing dan membosankan ya? Cuman pas dulu gw main kok rasanya seneng-seneng aja. Yang penting gerak dan lari sih kayaknya ya, gak diem aja kaya Heizung (Penghangat ruangan).

4. Sepak bola tarkam

Alhamdulillah dari kecil gw udah bisa berprestasi, menjadi atlet sepak bola tarkam. Levelnya masih level RT/RW lah alhamdulillah. Bertanding 30 kali, menang 15 kali, kalah 8 kali, sisanya ketiduran. Kok kaya tinju? Lah iya jangan bingung. Namanya juga tarkam, ada bumbu-bumbu UFC cuy. Kedoknya sepak bola, niatnya mah rusuh. Pft.

Tarkam itu sepengetahuan gw adalah kependekan dari "Antar Kampung". Bahasa yang lebih ilmiahnya mungkin sepak bola yang boro-boro profesional. Gitu lah kurang lebihnya. Mainnya aja nyeker. Gawang dari sendal yang dipake dari rumah ke lapangan. Dari keterbatasan itu alhamdulillah tetep bisa bersenang-senang dan silaturahim. azek

Itulah bagian kedua tentang permainan tradisional yang sederhana penghias masa kecil gw. Semoga ada inspirasi untuk meneruskan kebaikan ini ke anak cucu kita nanti. Jangan lupa bayar zakat fitrah!

Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Credit

Logo by : Cup graphic by Madebyoliver from Flaticon is licensed under CC BY 3.0. Made with Logo Maker